Pegunungan Jayawijaya
Jakarta,tanahpapua.com
- Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Papua, Paskalis Kossay, di
Jakarta, Jumat menegaskan, pembenahan dan percepatan pembangunan
infrastruktur merupakan kunci utama peningkatan kesejahteraan rakyat di
Papua Pegunungan.
"Sekitar
90 persen penduduk asli Papua yang berdomisili di kawasan Pegunungan
Tengah, butuh sentuhan pembangunan dari negaranya," kata Pascalis.
Ia
menyatakan pembenahan infrastruktur penting agar eskalasi konflik tidak
terus terjadi, akibat kehidupan yang semakin tertekan di kalangan
penduduk asli.
Pascalis
mengemukan pendapatnya sehubungan adanya peluncuran buku hasil seminar
nasional tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Pegunungan
Tengah Papua yang Berkualitas.
Peluncuran
buku dilakukan di sebuah kafe komplek Taman Ismail Marzuki (TIM),
dihadiri berbagai tokoh aneka latar, termasuk utusan dari Dewan
Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Di
Kawasan Pegunungan Tengah Papua (PTP) ini, menurut Paskalis Kossay,
terdapat sedikitnya delapan kabupaten, termasuk yang sudah populer
namanya di dunia, seperti Wamena, Yahukimo, dan Puncak Jaya yang lebih
80 persen teritorinya terisolasi, akibat kondisi topografi maupun
geografi berbukit terjal, gunung-gunung serta lembah curam, juga dataran
ngarai sulit ditembus.
"Akibat
dari keterbatasan infrastruktur dasar (jalan, jembatan, lapangan
terbang) yang memadai, maka secara signifikan sangat mempengaruhi
kelancaran arus mobilitas orang dan barang kebutuhan pokok serta
jasa-jasa lain," ujarnya.
Kondisi itu pada giliran berikutnya menimbulkan pelambatan dalam arus pembangunan dan kegiatan pemerintahan pada umumnya.
Lima Masalah Mendasar
Paskalis
Kossay yang juga anggota Fraksi Partai Golkar di DPR RI lalu
mengungkapkan lima masalah mendasar di PTP akibat dari sangat tidak
memadainya prasarana dan sarana infrastruktur dasar.
"Pertama,
ketertinggalan atau kesenjangan pembangunan antar kabupaten. Kedua,
Kemiskinan, ditandai dengan pendapatan per kapita masyarakat yang
rendah, berikut daya belinya yang sangat di bawah," ujarnya.
Kemudian ketiga, lanjut Paskali Kossay, tingkat pendidikan sangat rendah, dengan angka buta huruf sangat tinggi.
"Keempat,
dan ini juga jadi faktor yang semakin memiskinkan rakyat kami, yakni,
keterisolasian. Kondisi geografis, dan topografi yang sangat berat dan
sulit dijangkau, semakin dibikin tak berdaya oleh ketiadaan
infrastruktur dasar," ungkapnya.
Dan yang kelima, menurutnya, ialah disparitas atau ketimpangan wilayah.
"Pada
aspek ke-5 ini, sudah mencakup antara lain distribusi penduduk yang
tidak merata karena faktor topografi dan geografi, juga terjadinya
konsentrasi pembangunan hanya di tempat-tempat yang mudah dijangkau,
atau hanya terjadi di wilayah pesisir," katanya.
Untuk
mengatasi masalah ketiadaan infrastruktur dasar yang memadai, Paskalis
Kossay dkk mengusulkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi segera
membentuk sebuah lembaga independen.
Institusi itu bisa bernama Badan Otoritas Khusus Pengembangan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pegunungan Tengah Papua.
"Ada
dua moda transprotasi utama yang mendesak untuk dikembangkan, mengingat
faktor topografi dan geografi juga demografi setempat. Yakni,
jalur-jalur transportasi darat, termasuk penyiapan armada angkutan
massal," ujarnya.
Selain
itu diperlukan pengembangan lapangan-lapangan terbang di titik-titik
tertentu, sekaligus pengoperasian pesawat-pesawat layak terbang dan
aman," katanya.
Tetapi
yang tidak kalah pentingnya, demikian Pasialis Kossay, ialah,
pendayagunaan orang-orang asli Papua secara lebih adil serta
bijaksana.(berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar