Pegunungan Jayawijaya
[JAKARTA] Pemerintah diminta segera membuka kembali jalan Trans
Jayapura-Wamena yang saat ini sudah tertutup hutan. Jalan itu pernah
dibuka tahun 1982 lampau dan selesai 1993. Namun, kini tertutup hutan
lagi karena tidak diaspal dan rusak berat. Padahal, dana besar triliunan
Rupiah sudah digelontorkan ketika itu.
“Sebaiknya jalan itu dibangun kembali. Dengan adanya jalan, akan mempercepat pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan di Papua,” ujar Ketua Kaukus Parlemen Papua Paskalis Kosay dalam diskusi pengembangan Infrastruktur Papua yang diadakan Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan Daerah Tertinggal
Center of Underdeveloped Regions Development Planning (Cure Planning) dan TanahPapua.com di Gedung Sinar Kasih, Jakarta, akhir pekan lalu.
“Sebaiknya jalan itu dibangun kembali. Dengan adanya jalan, akan mempercepat pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan di Papua,” ujar Ketua Kaukus Parlemen Papua Paskalis Kosay dalam diskusi pengembangan Infrastruktur Papua yang diadakan Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan Daerah Tertinggal
Center of Underdeveloped Regions Development Planning (Cure Planning) dan TanahPapua.com di Gedung Sinar Kasih, Jakarta, akhir pekan lalu.
Hadir pada kesempatan itu sejumlah
pembicara seperti Haryono Sukarto dari Universitas Pelita Harapan (UPH),
Vience Tebay dari Universitas Cenderawasih, Anti Soelaiman dari
Universitas Kristen Indonesia (UKI), dan Direktur Eksekutif Cure
Planning German E Anggent.
Paskalis menjelaskan, Trans Wamena itu
bisa diintegrasikan dengan lintas Merauke-Oksibil-Jayapura, lalu
Mimika-Paniai, dan Wamena-Puncak Jaya. Sehingga akan terbuka lintas
Papua yang membuka keterisolasian 29 kabupaten/kota di Papua.
Menurut
Paskalis, sudah ada political will dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk pembangunan infrastruktur jalan di Papua. Hal itu perlu
direalisasikan instansi terkait di pusat dan di pemerintah daerah dengan
membuka jalan utama lintas Papua seperti Trans Wamena sepanjang 780
kilometer (km). Wamena nantinya akan menjadi kota transit untuk
kebutuhan kabupaten-kabupaten lainnya di Papua.
Menurut dia,
beberapa waktu lalu Gubernur Papua Barnabas Suebu menyebutkan, dana yang
dibutuhkan untuk lintas Papua sekitar Rp 500 triliun dengan patokan
biaya pembangunan 1 km jalan Rp 1,6 miliar.
Sementara itu, German
menilai, pemerintah pusat dan daerah bisa mengkaji lagi dengan mencari
teknologi lain yang bisa digunakan untuk pembangunan jalan itu dengan
biaya murah. Seperti teknologi dari Korea Selatan yang hanya sekitar Rp
400 juta per km.
“Perlu mencari alternatif teknologi yang murah.
Sebab, jika terbentur dengan biaya yang tinggi, akses jalan darat di
Papua tidak akan pernah terbuka,” ujarnya.
Vience menilai, selama
ini pembangunan infrastruktur di Papua tidak maksimal karena persoalan
Papua selalu dipolitisasi. “Hentikan politisasi Papua, segera lakukan
pembangunan sehingga dua juta penduduk Papua tidak tertinggal terus.
Padahal dana untuk Papua sangat besar,” ujarnya.
Hal senada
dikatakan Haryono. Menurutnya, pembangunan perlu dipercepat dengan
mendorong instansi-instansi terkait seperti Kementerian PU dan
pemerintah kabupaten setempat. [Y-4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar